Another part of notonegoro.net

Menjelang kenaikan harga BBM tanggal 1 Oktober 2005, ada kejadian yang termasuk jarang terjadi di Jakarta. Jalan yang biasa saya lalui selama lebih kurang 4 bulan terakhir ini, dari Condet menuju Abdul Muis melalui Kampung Melayu dan Casablanca, yang biasanya jalan dipenuhi mobil-mobil dan motor-motor yang hendak menuju ke tujuannya masing-masing hingga dapat dikatakan macet menjadi lancar.

Mungkin macet bukan kata yang pas, padat merayap mungkin kalimat yang tepat. Biasanya kepadatan yang merayap itu dimulai dari Tebet hingga jembatan di depan Gedung Metropolitan yang dapat memakan waktu sekitar 25an menit kalau naik motor. Namun pada hari ini, Kamis, dua hari sebelum kenaikan harga BBM, jalanan begitu terasa berbeda. Tadinya jalan yang biasa saya lewati terasa biasa saja, namun sesampainya di Jalan Dewi Sartika kemacetan mulai terasa. Oh my God, don’t tell me it stuck from here, begitu yang ada di otak saya. Tapi untunglah bukan, ternyata macetnya ini gara-gara Pom Bensin yang dipenuhi oleh mobil-mobil dan motor-motor yang antre ingin isi bensin. Syukurlah saya sempat mengisi bensin motor saya hari Selasa sebelumnya, jadi belum perlu untuk isi bensin lagi. Setelah melewati Pom Bensin tersebut, tadinya saya pikir akan memulai perjalanan yang biasa saya lewati, sebuah perjalanan yang padat merayap, penuh polusi dan panas. Namun pada hari itu terasa berbeda sekali.

Sebelum memasuki Kampung Melayu, saya belok ke kiri ke arah Tebet, biasanya dari sini jalanan sudah mulai merayap, tapi hari itu jalanan begitu terasa berbeda sekali, terasa sepi akan kendaraan bermotor. Horeee.. ach tapi ini mungkin hanya sampai SMP 115 saja, abis itu macet lagi. Ternyata dugaan saya salah. Saya lalui jalan itu dengan senang hati dan perasaan tidak percaya, namun memang betul terjadi, tidak terjadi macet!! Memang perjalanan sempat terganggu sedikit karena terjadi kemacetan yang menuju jalanan ke Gatot Subroto, tapi untunglah saya gak harus lewat situ. Macetnya termasuk pendek saat itu dibanding hari sebelum-sebelumnya. Setelah macet terlewati, saya kembali melewati jalanan yang sepi akan kendaraan dengan perasaan cukup senang. Melewati Mall Ambasaddor dengan santai, tidak perlu tegang saat melewati jembatan depan Wisma Metropolitan, dan akhirnya bisa sampai di tujuan dengan hati yang lebih segar. Ach lumayan, tidak terlalu stress di jalan. Andai saja Jakarta bisa seperti itu setiap hari, alangkah senangnya hatiku, tapi apa mungkin?!?