Another part of notonegoro.net

Tadi malam bersama teman, saya mampir ke Senayan Trade Center (STC) untuk melihat latihan Aikido yang sering didengungkan oleh teman saya, ternyata menarik juga. Ketertarikan pertama timbul ketika mengetahui filosofi “unik” yang digunakan oleh seni bela diri ini, “kalau tidak mau berkelahi, ya jangan berkelahi” hehe.. unik ya? tapi itu secara kasarannya aja loh.. Kenapa bisa begitu? Baca terus tulisan ini ya.. hehe..

Aikido adalah seni bela diri yang dikembangkan oleh Morihei Ueshiba yang lebih mengutamakan pada kuncian sendi-sendi, bantingan dan pendayagunaan seluruh tubuh untuk bertahan. Dengan memanfaatkan tenaga dari penyerang dan mengubah momentum serangan menjadi bantingan sebagai bentuk pertahanan daripada memukulnya langsung menjadikannya daya ketertarikan lainnya. Jadi di sinilah maksud dari “kalau tidak mau berkelahi, ya jangan berkelahi”, karena semakin besar penyerang mengerahkan tenaganya maka sakit yang dirasakan juga semakin besar dan sebaliknya semakin kecil tenaga yang dikerahkan maka semakin kecil juga rasa sakit yang dirasakan. Hehe.. keren ya? Tapi begitulah. Inti dari seni bela diri ini adalah di mana yang diserang dapat membela dirinya sendiri tetapi juga melindungi penyerangnya dari cedera. Dengan kata lain, Aikido merupakan gabungan antara seni bela diri, filosofi, kecintaannya sesama manusia dan perdamaian serta kepercayaan beragama yang dianut oleh Sensei Ueshiba.

Pada saat awal saya memasuki ruangan latihan itu saya tidak merasakan adanya sebuah semangat yang membara, tidak seperti pada latihan karate yang pernah saya ikuti yang penuh dengan teriakan dan emosi dari setiap pesertanya. Memasuki ruangan ini seperti memasuki kamar saya yang sepi dan tenang, tidak ada teriakan. Kemudian melihat latihannya tidak ada yang emosi-an, baik penyerang maupun yang diserang. Hehe.. mungkin ini terkait dengan rasa sakit yang akan diterima makanya tidak ada yang berani menyerang “betulan”. Makanya pada seni bela diri ini selain berlatih “menyerang”, peserta juga dilatih untuk menjatuhkan diri dengan cara yang baik dan benar, karena apabila salah bisa jadi cedera sendi yang diterimanya.

Tidak seperti seni bela diri yang lainnya, di dalam Aikido tidak mengenal sistem kompetisi atau pertandingan, yang ada adalah sistem embukai atau peragaan.

Sistem tingkatannya pun cukup sederhana, yaitu hanya terdiri tiga tingkatan sabuk, sabuk putih, sabuk coklat dan sabuk hitam. Khusus sabuk hitam akan dilengkapi dengan Hakama, celana panjang seperti yang dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu. Namun untuk naik ke sabuk coklat, sabuk putih wajib menjalani tiga kyu, mulai dari kyu 6 ke kyu 4. Sama halnya dengan kenaikan tingkat dari sabuk coklat ke sabuk hitam wajib menjalani tiga kyu, mulai dari kyu 3 ke kyu 1.

Dalam peragaan atau latihan terdapat dua peserta yang saling berhadapan, yaitu uke, sebutan untuk yang diserang dan nage, sebutan untuk penyerang. Pada latihan yang saya lihat tadi malam, tidak ada perbedaan latihan antara yang bersabuk putih dengan yang sudah lama bergabung, sekalipun dia sudah bersabuk hitam. Sesuatu yang berbeda lagi dengan seni bela diri lainnya, di mana setiap tingkatan memiliki jenis latihan tersendiri. Dan juga kita dapat memilih nage sendiri.

Namun bagian yang tersulit menurut saya adalah mengingat nama setiap jurus. Bagaimana tidak, setiap jurus memiliki nama yang panjang. Rasanya nama-nama jurus karate yang pernah saya ikuti tidak sepanjang itu deh.. hehe.. Kemarin saat mendengar Sensei Amelia menyebutkan namanya saja, saya sudah hampir jatuh pingsan mendengarnya, apalagi harus mengingatnya?!? Hehe.. baiklah, mungkin saya terlalu berlebihan di sini tapi benar loh panjang, minimal enam suku kata Bahasa Jepang. Jadi saya fikir yang terbaik di sini adalah kita perlu belajar Bahasa Jepang sedikit terlebih dahulu agar ketika embukai nanti tidak bingung sendiri.. hehe.. Walau mungkin nanti ketika waktu berjalan kita juga akan terbiasa mengingat nama jurus dan tekniknya sekaligus.. hehe.. Oh iya, Sensei Amelia ini cantik loh.. hehe..

Walau terlihat sederhana, jurus-jurus tersebut dapat dipadupadakan dengan kondisi kita mana yang lebih sesuai. Dan dalam perkembangannya, Aikido pun mengalami perkembangan, ini dapat dilihat dari berbagai variasi Aikido yang bermunculan itu sendiri, salah satunya adalah Aikido Shudokan.

Jadi setelah saya fikir-fikir, Aikido itu merupakan seni bela diri berilmu tinggi, ini dapat dilihat dari filosofi-nya yang unik tapi mantab, pemanfaatan tenaga penyerang menjadi momentum yang menyerang balik sang penyerang, dan belajar Bahasa Jepang sekaligus.. hehe.. Tapi ini menurut saya saja loh ya? Dan tujuan saya tadi malam memantau latihan Aikido selain untuk menjawab rasa penasaran seperti apa Aikido itu, juga untuk memantabkan hati apakah saya perlu mengikuti pelajaran seni bela diri ini atau tidak.. hehe.. Satu yang pasti adalah saya memiliki keinginan untuk mempelajarinya lebih lanjut; apanya, di mananya, bagaimananya, kapannya, dan kenapanya. Menyenangkan tampaknya.. Tapi tampaknya saya akan membiarkan waktu yang akan menjawabnya.